Cerita Palsu yang Mungkin Nyata: Lagu-Lagu Milik Bersama

Firnita
4 min readNov 24, 2019

Seorang lelaki baru saja mengunduh aplikasi pemutar musik. Sudah seharian ini dia membuat bermacam-macam playlist. Mulai dari playlist lagu untuk tidur, lagu untuk lari, lagu untuk belajar, lagu instrumental dari film atau game kesukaannya, hingga lagu-lagu lama kesukaan orang tuanya untuk stok bepergian bersama di Sabtu Minggu dengan keluarga. Untuk lagu-lagu lama, sengaja ia pilih versi mana yang paling disuka. Semacam The Beatles, atau Queen, atau David Bowie yang sudah banyak versi remastered-nya. Bahkan musisi-musisi yang hingga sekarang pun juga punya versi-versi live yang lebih menarik daripada rekaman studionya, John Mayer misalnya dengan album live Where The Light Is.

Seorang perempuan memiliki aplikasi pemutar musik dan memiliki hobi membuatkan teman-temannya playlist. Dari mulai teman SD hingga teman kerjanya. Awalnya semua playlist ia letakkan di profilnya dan bisa diakses umum, namun ternyata ada batasnya. Ia jadi memaksa teman-temannya untuk menyalin isi playlistnya masing-masing karena toh mereka juga punya akun di aplikasi tersebut. Playlist yang tersisa di profilnya adalah untuk teman-temannya yang tidak memiliki akun di aplikasi pemutar musik tersebut.

Seorang lelaki masih awam. Ia bingung cara mengganti gambar profilnya, menambahkan dan melengkapnya datanya. Rupanya aplikasi seperti ini pintar juga. Mereka tak membiarkan pengguna mendapatkan akses utuh jika belum mengisi data dengan lengkap. Sial, katanya dalam hati. Setelah kira-kira sebelas menit ia mempermak profilnya — dan tentunya sembari mendengarkan playlist buatannya sendiri — ia penasaran dengan tampilan profilnya. Diketiklah nama lengkapnya di kolom pencarian — yang padahal dia bisa saja memencet ikon profilnya di kanan atas, dasar awam — kemudian ia menemukan sesuatu.

Seorang perempuan sedang membereskan playlistnya dan menemukan ada satu playlist yang bertambah follower-nya.

Seorang lelaki dengan khusyuk mendengarkan sebuah playlist dengan namanya. Ia tak sengaja menemukan playlist tersebut.

Seorang perempuan penasaran siapa follower ini. Ia refresh profilnya dan follower itu masih ada. Ini sih bukan orang kepencet, pikirnya.

Seorang lelaki selesai mendengarkan sebuah playlist dengan namanya. Setiap lagunya membuat ia cengar-cengir sendiri. Teringat masa lampau yang pernah membuatnya bahagia.

Seorang perempuan itu jadi mendengarkan lagi playlist yang dia buat tempo hari. Benar-benar berangkat dari keisengan. Tidak ada maksud terselubung. Ia hanya butuh playlist ini kalau sedang ingin merasa lebih baik. Supaya ingat bahwa ada saat dalam hidupnya, ia pernah dicintai sebegitunya. Perasaan itu selalu berhasil membangkitkan. Ia tak peduli apakah itu cara yang salah atau benar.

Seorang lelaki mencari nama seorang perempuan di telepon genggamnya. Ia kirim sebuah pesan Whatsapp kepada perempuan itu.

Followback dong. Baru bikin akun nih,”

Seorang perempuan menerima pesan dari nomor yang tak memiliki nama. Dari notifikasi yang muncul, ia jadi awas. Penasaran, ia buka pesan itu. Ia buka foto profil yang mengirimkan pesan itu. Senyum terbersit di bibirnya.

Follow-nya akun gue. Bukan playlist-nya. Lo ganti nomor ya? Gue save ya,”

Seorang lelaki yang dasar gaptek jadi malu sendiri. Ia kembali ngulik bagaimana cara memfollow orang lewat aplikasi ini. Dia tidak paham bahwa tadi yang difollow adalah playlist-nya. Kurang lebih dua menit, akhirnya difollow akun tersebut.

Seorang perempuan menerima notifikasi ada satu orang yang baru memfollownya. Segera, ia klik tombol follow di akun itu juga. Kira-kira selama tiga lagu, perempuan itu melihat isi akun profil tersebut termasuk playlist yang ada.

Seorang lelaki kembali memainkan playlist dengan namanya.

Seorang perempuan menemukan beberapa playlist akun lelaki tersebut. Ada satu playlist-nya yang memiliki judul dengan deretan emoji berwarna merah, warna kesukaannya. Begitu ia buka playlist-nya, terdapat lagu-lagu lama yang pernah menjadi kesukaannya juga. Beberapa lagu itu, juga ada di playlist yang ia buat. Awalnya ia sudah berpikir ini semua kebetulan, atau mungkin sang lelaki sengaja, apalagi setelah tau ada playlist miliknya yang berjudul nama sang lelaki itu. Namun, ada rekam waktu yang menyatakan bahwa lagu-lagu ini ditambahkan ke playlist sekitar enam jam yang lalu. Dan mereka baru kembali berinteraksi, satu jam yang lalu.

Seorang lelaki kembali mengirimkan pesan Whatsapp.

“Makasih ya,” katanya.

Seorang perempuan membalas pesannya

“Gue yang makasih,” katanya. “Biasanya gue kalau si orang yang gue buatin playlist udah punya akun sendiri, gue bakal suruh mereka salin isi playlist gue itu. Terus gue hapus playlist-nya di akun gue, biar gak limit,”

Seorang lelaki membalas lagi.

“Kalaupun lo hapus juga gue udah punya playlist yang isi lagunya itu-itu juga kok. Gapapa kalau emang itu idealisme lo haha,”

Seorang perempuan menjawab.

“Tau sih gue. Makanya gue bilang ke lo. Biar gak tersinggung kalo tiba-tiba lo nyari playlist-nya gak ada,”

Seorang lelaki menjawab.

“Gak apa-apa kok. Kan lo juga udah follow playlist gue yang itu. Jadi lo bisa tetep denger,”

Seorang perempuan memutuskan untuk tidak membalas. Air matanya deras tapi jantungnya tidak sesak. Seperti ini mungkin rasanya melepaskan dengan ikhlas. Sepanjang malam itu, ia dengarkan lagu-lagu di playlist lelaki tersebut.

Seorang lelaki memantau aplikasinya sepanjang malam. Ia mendengarkan playlist buatannya sendiri — emoji warna merah. Matanya terpaku pada bagian kanan aplikasinya yang menampilkan orang-orang yang sudah ia follow. Saat itu, hingga beberapa jam ke depan, ia melihat sang perempuan juga sedang mendengarkan playlist buatannya.

Mereka berdua tidur bersama, diantar lagu-lagu lama dan kenangan manis. Malam ini terasa lambat karena keduanya sudah selama itu merasa sulit melepaskan satu sama lain. Ternyata mereka hanya perlu membercandakan masa lalu. Mereka berdua tidur bersama tanpa pesan-pesan selamat tidur yang selalu dikirimkan setiap malam dahulu. Mereka berdua tidur bersama tanpa mendengar satu sama lain mendengkur di tengah-tengah telepon yang masih menyala. Mereka berdua tidur bersama, dengan cara yang paling mendamaikan hati mereka masing-masing.

--

--

Firnita
Firnita

Written by Firnita

usually, i write more than this short bio. say hi through my ig/x/tiktok: @firnnita

No responses yet